Lezat bersama Al-Qur'an
Para ulama sepakat bahwa Ramadhan adalah bulan istimewa. Di bulan ini malaikat Jibril turun ke bumi membawa wahyu kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang sedang bertahannuts (meyendiri) di Gua Hira. Saat itu Jibril membacakan lima ayat awal surat al-'Alaq (silakan bisa dilihat langsung dalam al-Qur'an!).
Al-Qur'an adalah petunjuk, kompas dan panduan hidup manusia. Ia adalah cahaya hidup. Sebagai cahaya, ia akan bisa terpantul sempurna jika diserap oleh cermin yang bersih. Cermin yang bersih itu adalah gambaran hati orang-orang mukmin yang telah terampuni dosanya melalui pembakaran (Ramadhan) yang dijalani secara benar dan sempurna.
Dalam kondisi seperti inilah al-Qur'an itu nuzul atau landing di hati manusia. Ia tidak sekedar diterima dengan logika, tetapi menancap dalam hati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kebenaran al-Qur'an tidak saja diterima dengan akal pikiran beliau, tetapi juga menjadi pengalaman spiritual beliau yang sulit tercabut dari akarnya. Al-Qur'an tidak saja menerangi hati beliau, tetapi juga menerangi masyarakat sekelilingnya. Ia telah menjadi cahaya bagi semesta.
Karena itu, al-Qur'an di bulan Ramadhan memberi nuansa kelezatan tersendiri yang berbeda dengan bulan-bulan yang lainnya. Al-Qur'an pada bulan ini benar-benar telah mengantarkan kaum muslimin pada kehidupan yang menyenangkan, menghembuskan aroma kesegaran jiwa dan menyingkirkan hawa nafsu.
Al-Qur'an adalah petunjuk bagi manusia menuju jalan yang lurus. Ia adalah cahaya, obat penawar hati, sekaligus sebagai bukti (hujjah), wawasan dan sumber ilmu. Al-Qur'an adalah ruh kehidupan. Ia merupakan sumber keselamatan dan kebahagiaan.
Adalah suatu bencana jika al-Qur'an telah tergantikan dengan bacaan yang lain. Al-Qur'an tidak bolah tergeser oleh bacaan apapun. Membaca buku apa saja boleh, tetapi al-Qur'an tetap harus menjadi saringannya. Al-Qur'an tetap menjadi rujukannya. Al-Qur'an harus tetap menjadi pedomannya. Kebenaran, kebaikan dan keindahan sesuatu yang harus diukur dengan al-Qur'an. Ia harus menjadi alat kontrol atas logika dan rasa.
Amalan yang Lezat
Ada tiga amalan yang menonjol pada bulan Ramadhan, yaitu tartilul Qur'an (membaca al-Qur'an), qiyamul lail (shalat malam) dan berzakat serta bersedekah. Ketiga kegiatan yang mendominasi hari-hari di bulan Ramadhan inilah yang memberi kelezatan utama.
Di dalam keluarga, orang tua harus menjadi tauladan (uswah) bagi seluruh anggota keluarganya dalam menjalankan ketiga agenda tersebut. Mereka menjalankan seluruh shalat-shalat fardhunya di masjid secara berjamaah. Tentunya tak lupa menyertainya dengan shalat-shalat sunnah rawatib. Di malam harinya, mereka mengidupkannya dengan shalat lail.
Bagi orang yang beriman, malam-malam bulan Ramadhan terasa singkat, karena mereka merasakan kelezatan beribadah kepada Allah Yang Maha Tinggi. Rumah mereka ketika di malam hari, terutama di bulan Ramadhan tak ubahnya seperti madrasah. Lalu bagaimana dengan rumah kita? Bagaimana pula dengan lingkungan kita? Sudahkah kita meramadhankannya?
(Disarikan dari Majalah Hidayatullah Edisi 05/XXI, Hamim Thohari)
Kamis, 27 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar