Entah gajinya tidak pernah lebih atau penghasilannya selalu kurang, seorang kepala sekolah memberanikan diri merangkap menjadi dukun sunat. Bagi dia menjadi dukun sunat tidak pernah terpikirkan sebelumnya, namun dengan modal nekadnya ia belajar secara autodidak (mungkin agar lebih rahasia).
Sebagai seorang kepala sekolah tentu banyak memiliki kenalan atau teman. Terutama dengan sesama kepala sekolah atau para guru (khususnya guru-guru di mana ia bertugas). Biasanya ia menawarkan jasanya sebagai dukun sunat pada waktu tertentu saja (mungkin menurut dia waktu yang tepat). Namun agak sedikit aneh, tawaran yang ia lakukan biasanya hanya kepada guru-guru yang belum menjadi pegawai tetap (masih honorer).
Bermodalkan nekad dan kepiawainnya, ternyata terdapat beberapa guru yang terpengaruh (dihipnotis kali yeee). Akibat perbuatan dukun sunat tersebut, para guru honorer sering mengeluh (mungkin curhat antara sesama guru), karena sudah beberapa lama ini honor bulanan mereka kena sunat (berapa persen ya?).
Nasib, nasib kata para guru honor serempak.
Kepala sekolah dilawan, kata si dukun sunat.
Tapi di mana ya terjadinya? Di, di, diiii, di radio.
Minggu, 24 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar