A. Mengapa Analisis Butir Soal Penting?
Dengan melakukan analisis butir soal dapat diperoleh banyak informasi yang bermanfaat, baik untuk guru, siswa maupun proses pembelajaran itu sendiri. Menganalisis butir soal dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan kualitas butir soal tersebut. Menurut Nitko (1983), analisis butir soal menggambarkan suatu proses pengambilan data dan penggunaan informasi tentang butir-butir soal, terutama informasi tentang respon siswa terhadap setiap butir soal. Lebih lanjut penggunaan analisis butir soal adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah butir-butir soal yang disusun sudah berfungsi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Apakah soal-soal yang disusun sudah sesuai untuk mengukur perubahan tingkah laku seperti telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran khusus?
- Apakah tingkat kesukaran soal sudah diperhitungkan?
- Apakah soal tersebut sudah mampu membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai?
- Apakah kunci soal sudah sesuai dengan maksud soal?
- Jika digunakan tes pilihan ganda, apakah pengecoh (distractor) yang dipilih sudah berfungsi dengan baik?
- Apakah soal tersebut masih dapat ditafsirkan ganda atau tidak?
2. Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka dalam menguasai suatu materi.
3. Sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam memahami suatu materi.
4. Sebagai acuan untuk merevisi soal.
5. Untuk memperbaiki (meningkatkan) kemampuan guru dalam menulis soal.
B. Kapan Analisis Butir Soal Dilakukan?
Pada saat guru mengujikan suatu set soal untuk mengambil keputusan penting tentang hasil belajar siswa, maka idealnya guru harus yakin bahwa set soal tersebut adalah valid dan reliabel. Validitas set soal dapat diketahui dari kisi-kisi soal sedangkan reliabilitas soal baru dapat diketahui setelah uji coba. Sehingga untuk mengetahui reliabilitas set soal dilakukanlah analisis butir soal.
1. Tingkat Kesukaran (P)
Tingkat kesukaran suatu butir soal merupakan salah satu yang dapat menunjukkan kualitas butir soal tersebut (mudah, sedang, sukar). Suatu butir soal dikatakan mudah jika sebagian besar siswa dapat menjawab dengan benar dan dikatakan sukar jika sebagian besar siswa tidak dapat menjawab dengan benar. Besarnya tingkat kesukaran butir soal dapat dihitung dengan memperhatikan proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap setiap butir soal, dalam hal ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
P = B / N
Keterangan:
P adalah indeks tingkat kesukaran butir soal
B adalah jumlah peserta tes yang menjawab benar
N adalah jumlah seluruh peserta tes
Contoh:
Jika butir soal nomor 1 yang Anda ujikan dapat dijawab dengan benar oleh 10 dari 40 siswa, maka indeks tingkat kesukaran butir soal tersebut adalah:
P = 10 / 40 = 0,25
Indeks tingkat kesukaran butir soal bergerak antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks tingkat kesukaran suatu butir soal (P) = 0,00 akan tercapai apabila seluruh peserta tes tidak ada yang menjawab dengan benar dan indeks tingkat kesukaran suatu butir soal (P) = 1,00 akan tercapai apabila seluruh peserta tes dapat menjawab dengan benar. Jadi butir soal yang mudah akan mempunyai P mendekati 1,00 dan butir soal yang sukar akan mempunyai P mendekati 0,00.
Menurut Fernandes (1984) kategori indeks tingkat kesukaran butir soal adalah sebagai berikut:
P >= 0,76 : mudah
0,25 <= P <= 0,75 : sedang
P <= 0,24 : sukar
Butir soal yang dianggap sangat bermanfaat (useful) adalah butir soal yang mempunyai indeks tingkat kesukaran dalam kategori sedang.
2. Daya Pembeda (D)
Daya pembeda butir soal memiliki pengertian seberapa jauh butir soal tersebut dapat membedakan kemampuan individu peserta tes. Butir soal yang didukung oleh potensi daya pembeda yang baik akan mampu membedakan peserta tes (peserta didik) yang memiliki kemampuan tinggi (pandai) dengan peserta didik yang memiliki kemampuan rendah (kurang pandai).
Indeks daya pembeda butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
D = PA – PB
Keterangan:
D adalah indeks daya pembeda butir soal
PA adalah proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB adalah proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Contoh:
Dalam menjawab butir soal nomor 2, diperoleh 6 dari 10 siswa yang termasuk dalam kelompok atas dapat menjawab benar dan 2 dari 10 siswa yang termasuk kelompok bawah dapat menjawab benar, maka indeks daya pembeda butir soal tersebut adalah:
D = (6/10) – (2/10) = 4/10 = 0,4
Yang dimaksud siswa kelompok atas adalah kelompok siswa yang memperoleh skor tinggi sedangkan yang dimaksud dengan siswa kelompok bawah adalah kelompok siswa yang memperoleh skor rendah setelah mengerjakan satu set suatu mata pelajaran.
Nilai indeks daya pembeda butir soal bergerak dari –1 sampai 1. Semakin tinggi indeks daya pembeda menunjukkan bahwa butir soal tersebut semakin dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.
Secara teoritis indeks daya pembeda soal (D) = 1 akan tercapai apabila semua siswa kelompok atas dapat menjawab benar dan semua siswa kelompok bawah menjawab salah. Indeks daya pembeda soal (D) = – 1 akan tercapai apabila semua siswa dalam kelompok atas menjawab salah dan semua siswa kelompok bawah dapat menjawab benar.
Sedangkan indeks daya pembeda soal (D) = 0 tercapai apabila proporsi siswa yang menjawab benar dalam kelompok atas dan kelompok bawah adalah sama.
Butir soal yang mempunyai indeks daya pembeda negatif adalah butir soal yang kurang baik karena soal tersebut tidak bisa membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai, di mana siswa yang kurang pandai justru lebih banyak menjawab benar daripada siswa yang pandai.
Butir soal mempunyai daya pembeda yang baik jika kunci (jawaban soal) mempunyai daya pembeda positif dan pengecohnya mempunyai daya pembeda negatif. Menurut Fernandes (1984) kategori indeks daya pembeda butir soal adalah sebagai berikut:
D >= 0,40 : sangat baik
0,30 <= D <= 0,39 : baik
0,20 <= D <= 0,29 : sedang
D <= 0,19 : tidak baik
C. Bagaimana Cara Melakukan Analisis Secara Sederhana?
Untuk melakukan analisis butir soal secara sederhana, berikut ini disajikan langkah-langkah yang diperlukan:
1. Hitunglah jumlah jawaban yang benar untuk seluruh siswa.
2. Berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari seluruh siswa tersebut susunlah skor siswa mulai skor tertinggi ke skor terendah.
3. Berdasarkan urutan skor tersebut tentukan siswa yang termasuk dalam kelompok atas dan siswa dalam kelompok bawah. Untuk menentukan berapa persen siswa yang termasuk kelompok atas dan berapa persen yang masuk kelompok bawah gunakan rambu-rambu sebagai berikut:
- Jika jumlah siswa <= 20, maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 50%.
- Jika jumlah siswa 21 – 40 , maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 33,3%.
- Jika jumlah siswa >= 41, maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 27%.
4. Hitunglah jumlah siswa dalam kelompok atas yang memilih tiap-tiap alternatif jawaban yang disediakan.
5. Dengan cara yang sama hitunglah jumlah siswa dalam kelompok bawah yang memilih tiap-tiap alternatif jawaban yang disediakan.
6. Hitung jumlah seluruh peserta tes (kelompok atas, tengah, bawah) yang menjawab benar.
7. Tentukanlah tingkat kesukaran dan daya pembeda butir soal dengan menggunakan rumus yang telah disediakan.
Contoh:
Perhatikan jawaban 100 siswa terhadap butir soal nomor 1 berikut:
Kelompok | Alternatif Jawaban | Jumlah | ||||
A | B* | C | D | E | ||
Atas Tengah Bawah | 5 3 | 15 25 7 | 0 12 | 0 0 | 7 5 | 27 27 |
Catatan: * (kunci jawaban)
Indeks tingkat kesukaran butir soal di atas adalah:
P = B / N = (15 + 25 + 7)/100 = 47/100 = 0,47
Indeks daya pembeda butir soal di atas adalah :
D = PA – PB = (15/27) – (7/27) = 0,30
D. Bagaimana Memperbaiki Butir Tes?
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butir soal adalah sebagai berikut:
1. Perhatikan tingkat kesukaran butir soal. Butir soal dianggap baik jika mempunyai indeks tingkat kesukaran (P) antara 0,25 sampai dengan 0,75 atau yang mendekati angka tersebut.
2. Perhatikan daya pembeda butir soal. Butir soal dianggap baik jika kunci (jawaban soal) mempunyai indeks daya pembeda positif tinggi dan pengecohnya mempunyai indeks daya pembeda negatif.
3. Perhatikan stem atau pokok soalnya sebab stem yang ambigius akan membingungkan peserta ujian untuk menentukan jawabannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar