Rabu, 02 April 2008

Pengembangan Tes Uraian

Mengapa Menggunakan Tes Uraian?

No

Unsur

Tes Uraian

1.

Proses berpikir yang ingin diukur

Dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang proses berpikir tetapi lebih tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir analisis, sintesis dan evaluasi.

2.

Sampel materi yang ditanyakan

Hanya dapat menanyakan sedikit materi.

3.

Penyusunan pertanyaan

Untuk membuat butir soal yang baik sukar tetapi lebih mudah jika dibandingkan dengan tes obyektif.

Waktu yang diperlukan untuk menyusun satu set tes singkat.

4.

Pengolahan hasil tes

Adanya unsur subyektivitas dalam pemeriksaan.

Ketetapan hasil pemeriksaan rendah.

5.

Jawaban siswa

Dalam menjawab, siswa dapat mengemukakan, mengorganisasikan, menghubungkan dan menganalisis idenya sendiri.

6.

Pengganggu hasil tes

Kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan menulis dan bercerita.



Keunggulan Tes Uraian


  1. Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi.
  2. Tepat untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak dapat diukur dengan tes obyektif.
  3. Waktu yang diperlukan untuk menulis satu set tes uraian (untuk satu waktu ujian) lebih cepat dari pada waktu yang diperlukan untuk menulis satu set tesobyektif.
  4. Menulis tes uraian yang baik relatif lebih mudah dari pada menulis tes obyektif (pilihan ganda) yang baik.


Kelemahan Tes Uraian

  1. Hanya sedikit materi yang dapat ditanyakan dalam satu kali waktu ujian.
  2. Sukar memeriksa jawaban

Pemberian skor yang kurang obyektif dan kurang konsisten dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

a. Adanya Hallo Effect

b. Adanya Carry Over Effect

· Efek dari butir soal ke butir soal yang lain (item to item carry over efect).

· Efek dari satu siswa ke siswa yang lain (test to test carry over effect).

c. Adanya Order Effect (Urutan Pemeriksaan).

d. Pengaruh penggunaan bahasa.

e. Pengaruh tulisan tangan.


Beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk meminimalkan kelemahan tes uraian antara lain:

  1. Memperbanyak jumlah materi yang diteskan (validitas isi), gunakan tes uraian terbatas sehingga untuk mengerjakan satu butir soal bisa lebih cepat (waktu terbatas).

2. Upaya mengurangi unsur subyektivitas pemeriksa, dengan ujian tanpa nama.

3. Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam memeriksa hasil tes siswa (kesulitan dalam pemberian skor yang obyektif dan konsisten ): (i) gunakan tes uraian terbatas, (ii) gunakan dua pemeriksa, unsur subyektivitas dapat diminimalkan (adanya pedoman pemberian skor).

4. Upaya untuk mengurangi Hallo Effect dengan menghilangkan atau menutup peserta tes (tidak mengenal hasil tes siapa yang sedang diperiksa).

5. Upaya untuk menghindari Carry Over Effect dengan memeriksa soal nomor 1 untuk seluruh siswa, kemudian soal nomor 2 untuk seluruh siswa begitu seterusnya sampai jawaban butir soal terakhir.

6. Upaya untuk mengatasi Order Effect dengan berhentilah memeriksa jika sudah merasa lelah (ditunda dulu).


Bagaimana Menulis Tes Uraian?

  1. Tulislah tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang telah dibuat.
  2. Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang tidak tepat jika diukur dengan tes obyektif.
  3. Untuk membantu mempermudah dalam membuat tes uraian agar dapat mengukur jenjang berpikir tinggi, kembangkanlah butir soal itu dari suatu kasus kemudian tulislah beberapa pertanyaan yang diinginkan.
  4. Gunakan tes uraian terbatas, (i) memperkecil kemungkinan salah penafsiran pertanyaan soal, (ii) sample materi bisa lebih banyak,(iii) lebih mudah memeriksa jawaban siswa, (iv) pemberian skor dapat lebih obyektif dan konsisten.
  5. Usahakan agar pertanyaan yang diberikan mengungkap pendapat siswa bukan sekedar menyebutkan rumus, definisi atau teorema (dalil).
  6. Pertanyaan harus jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir bagi siswa.
  7. Rancanglah sejumlah pertanyaan yang dapat dikerjakan oleh siswa dalam satu waktu ujian yang ditentukan (mempertimbangkan kemampuan dan kecepatan menulis siswa).
  8. Hindari penggunaan pertanyaan pilihan (jika siswa mengerjakan tes yang berbeda berarti kemampuan siswa diukur dengan alat ukur yang berbeda, dengan demikian kesamaan alat ukur untuk menilai hasil belajar siswa tidak sama).
  9. Pada setiap butir soal, tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila dapat mengerjakan butir soal tersebut dengan benar (siswa dapat memprediksi skor yang diperoleh setelah ia mengerjakan keseluruhan soal tersebut).


Sebelum butir soal digunakan untuk mengukur belajar siswa, butir soal tersebut harus ditelaah dahulu. Berikut ini adalah daftar cek yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menelaah butir tes uraian.


No.

Pertanyaan Penelaahan

Ya

Tidak

1

Apakah tipe tes ini paling tepat digunakan untuk mengukur tujuan pembelajaran yang diinginkan?



2

Apakah tes ini sudah digunakan untuk mengukur jenjang berpikir tinggi?



3

Apakah pertanyaan yang dirumuskan dapat mengukur tujuan pembelajaran yang diinginkan?



4

Apakah pertanyaan sudah dirumuskan dengan jelas sehingga siswa tahu apa yang harus dijawab?



5

Apakah jumlah butir soal tersebut dapat dikerjakan dalam satu waktu ujian yang telah ditetapkan?



6

Apakah setiap siswa diberi kesempatan yang sama untuk mengerjakan tes yang sama?



7

Jika butir tes tersebut direvisi, apakah masih tetap dapat mengukur tujuan yang sama?



8

Apakah jumlah skor maksimal pada setiap butir soal sudah tepat dan dicantumkan?



9

Apakah butir soal tersebut sudah ditulis berdasarkan kisi-kisi?




Bagaimana Membuat Perencanaan Tes Uraian?

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes uraian adalah:

  1. Menentukan tujuan pembelajaran yang ingin diukur (penerapan, analisis,sintesis atau evaluasi), diambil dari Satuan Pembelajaran (SP) atau Rencana Pembelajaran (RP).

2. Menentukan sampel yang representatif (pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan), semakin representatif materi yang diujikan maka validitas isi semakin baik.

3. Menentukan jenis tes yang akan digunakan (tes uraian terbatas atau tes uraian terbuka) terkait dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, untuk memperbanyak sampel materi disarankan menggunakan tes uraian terbatas.

4. Menentukan tingkat kesukaran butir soal, terkait dengan interpretasi skor yang akan digunakan untuk memberikan nilai kepada siswa (PAN atau PAP).

5. Menentukan waktu ujian (mempertimbangkan jumlah soal dan kompleksitas proses berpikir).

6. Menentukan jumlah butir soal (terkait dengan jenis tes uraian, kompleksitas proses berpikir dan tingkat kesukaran butir soal).


Bagaimana Memeriksa Hasil Tes Uraian?

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pedoman penskoran adalah:

  1. Tulislah jawaban terbaik dari soal tersebut.

2. Jika ada alternative jawaban yang lain dari pertanyaan tersebut maka harus ditulis.

3. Kata kunci apa yang harus ada pada jawaban tersebut.

4. Berikan skor pada setiap kata kunci yang diharapkan ada pada jawaban siswa.

5. Kata kunci yang dianggap mempunyai bobot lebih dari yang lain dapat diberi skor lebih tinggi.

6. Cantumkan skor maksimal pada setiap butir soal.


Tidak ada komentar: