Jumat, 28 Maret 2008

Pengembangan Tes Obyketif

Mengapa Menggunakan Tes Obyektif?


No

Unsur

Tes Obyektif

1.

Proses berpikir yang ingin diukur

Dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang proses berpikir tetapi lebih tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir ingatan, pemahaman dan penerapan.

2.

Sampel materi yang ditanyakan

Dapat menanyakan banyak materi dalam satu waktu ujian

3.

Penyusunan pertanyaan

Untuk membuat butir soal yang baik sukar.

Untuk menyusun satu set tes memerlukan waktu lama.

4.

Pengolahan hasil tes

Hasil tes dapat diolah dengan cepat dan obyektif.

Ketetapan hasil pemeriksaan tinggi.

5.

Jawaban siswa

Siswa hanya memilih jawaban yang telah disediakan oleh penulis soal.

Dalam menjawab, siswa hanya mengingat, menginterpretasi dan menganalisis ide orang lain.

6.

Pengganggu hasil tes

Kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan membaca dan menerka.



Contoh soal tes obyektif

A. Butir soal yang mengukur proses berpikir ingatan

Contoh:

Luas empat persegi panjang dapat dihitung dengan menggunakan

rumus…

a. L = p x l

b. L = p + l

c. L = p : l

d. L = (p x l) : 2


Butir soal A di atas mengukur proses berpikir ingatan karena butir soal tersebut hanya meminta siswa untuk menyebutkan atau mengungkap kembali rumus luas empat persegi panjang yang telah diajarkan dalam proses pembelajaran.



B. Butir soal yang mengukur proses berpikir pemahaman

Contoh:

Diketahui luas empat persegi panjang x cm2, panjang y cm dan lebar z cm. Jika panjang diubah menjadi 2y cm dan luas empat persegi panjang tetap x cm2, maka lebar empat persegi panjang tersebut adalah….

a. dua kali lebar semula

b. tetap seperti semula

c. setengah dari lebar semula

d. seperempat dari lebar semula


Butir soal B di atas tidak lagi mengukur proses berpikir ingatan tetapi sudah mengukur proses berpikir pemahaman. Dalam hal ini siswa tidak sekedar dituntut untuk mengingat kembali rumus luas empat persegi panjang tetapi harus memahami rumus tersebut. Dengan pengubahan pada salah satu variabel dalam rumus luas empat persegi panjang tersebut diharapkan siswa dapat memahami rumus tersebut.


C. Butir soal yang mengukur proses berpikir penerapan (aplikasi)

Contoh:

Pak Anton mempunyai sebidang tanah dengan panjang 15 m dan lebar 10 m. Luas tanah Pak Anton adalah….

a. 25 m2

b. 50 m2

c. 75 m2

d. 150 m2


Butir soal C di atas meminta siswa untuk mampu menerapkan rumus luas empat persegi panjang dengan kondisi atau situasi baru, yang berbeda dengan kondisi atau situasi pada saat latihan penggunaan rumus tersebut selama proses pembelajaran.


Bagaimana Menulis Tes Obyektif?

Secara umum ada tiga macam tes obyektif:

1. Benar – Salah (B-S)

2. Menjodohkan

3. Pilihan Ganda


A. Tes Benar – Salah (True – False Item)

Pada umumnya tes benar-salah digunakan untuk mengukur kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kebenaran suatu pernyataan, misalnya: aksioma, definisi, teorema atau teori.


Contoh:

Petunjuk:

Lingkarilah huruf B jika pernyataan di bawah ini benar atau S jika salah.

  1. B – S : Luas empat persegi panjang adalah panjang kali lebar.


B. Tes Menjodohkan (Matching Exercise)

Tes menjodohkan merupakan tes obyektif yang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama merupakan pokok soal (premis) sedangkan kolom kedua adalah kolom jawaban (respon). Untuk mengurangi kemungkinan siswa dalam menebak maka jumlah jawaban pada kolom kedua dibuat lebih banyak dari jumlah pernyataan yang ada pada kolom pertama.

Contoh:

Petunjuk:

Kolom pertama

Kolom kedua

…. 1. (50 : 2) + 5

…. 2. (0,5 x 40) + 2

…. 3. (24 + 9) – 7

…. 4. (40 : 8) x 4

  1. 20
  2. 22
  3. 24
  4. 26
  5. 28
  6. 30


C. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)

Tes obyektif pilihan berganda ini merupakan tes obyektif yang paling banyak digunakan di sekolah. Konstruksi tes pilihan ganda terdiri dari dua bagian yaitu pokok soal (stem) dan alternatif jawaban (option). Satu di antara alternatif jawaban tersebut adalah jawaban yang benar (kunci jawaban) sedangkan alternatif jawaban yang lain berfungsi sebagai pengecoh (distractor).


Ragam Tes Pilihan Ganda

  1. Melengkapi pilihan

Butir soal ragam ini tersusun atas pokok soal (stem) disertai

dengan alternatif jawaban.

Contoh:

Petunjuk:

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat.

Pulau terpadat penduduknya di Indonesia adalah….

a. Sumatra

b. Jawa

c. Sulawesi

d. Kalimantan


  1. Hubungan antar hal

Dilihat dari sisi konstruksi tes, butir soal hubungan antar hal ini tersusun atas pokok soal yang terdiri dari dua pernyataan yang berdiri sendiri (independent) dan dipisahkan dengan kata sebab.


Contoh:

Petunjuk:

A. Jika pernyataan pertama benar, pernyataan kedua benar dan menunjukkan hubungan sebab akibat.

B. Jika pernyataan pertama benar, pernyataan kedua benar, tetapi tidak menunjukkan hubungan sebab akibat.

C. Jika salah satu pernyataan tersebut salah.

D. Jika kedua pernyataan tersebut salah.

Vitamin sangat dibutuhkan oleh tubuh

sebab

Kekurangan vitamin akan menyebabkan avitaminosis.


3. Ganda Kompleks

Dilihat dari sisi konstruksi, ragam soal ini tersusun atas pokok soal yang berupa pernyataan yang disertai dengan tiga atau empat buah alternatif jawaban.

Contoh:

Pilihlah:

A. Jika jawaban (1) dan (2) benar

B. Jika jawaban (1) dan (3) benar

C. Jika jawaban (2) dan (3) benar

D. Jika jawaban (1), (2) dan (3) benar

Vitamin A banyak ditemukan pada:

(1). Wortel

(2). Minyak ikan

(3). Jeruk

Rabu, 26 Maret 2008

Domain Penilaian

A. DOMAIN KOGNITIF

Domain kognitif dalam hal ini meliputi:

1. Pengetahuan

2. Pemahaman

3. Aplikasi

4. Analisis

5. Sintesis

6. Evaluasi


B. PENJELASAN ASPEK KOGNITIF

1.Pengetahuan

Pada tingkat pengetahuan, siswa menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja.


2.Pemahaman

Pada tingkat pemahaman,siswa dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-kata sendiri, memberi contoh suatu konsep.


3.Aplikasi

Pada tingkat aplikasi, siswa dituntut untuk menerapkan konsep dalam suatu situasi baru.


4.Analisis

Pada tingkat analisis, siswa diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan hubungan sebab akibat dari konsep-konsep dasar.


5.Sintesis

Pada tingkat sintesis, siswa dituntut menghasilkan suatu cerita atau hipotesis berdasarkan reorganize pengetahuannya.


6.Evaluasi

Pada tingkat evaluasi, siswa mengevaluasi informasi, seperti bukti kebenaran dari teori-teori (judgement).


C. DOMAIN AFEKTIF

Dalam penilaian afektif siswa ditanya mengenai responnya yang melibatkan sikap atau nilai yang telah tertanam dalam sanubarinya. Hal ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi salah satunya dapat menggunakan angket, misal sikap terhadap suatu mata pelajaran.


D. DOMAIN PSIKOMOTOR

Domain ini berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Kemampuan psikomotor pada mata pelajaran dapat berbentuk gerak adaptif (terlatih), seperti bentuk keterampilan menggunakan peralatan laboratorium.


E. BENTUK TES

  1. Pilihan ganda
  2. Uraian obyektif
  3. Uraian non-obyektif / uraian bebas
  4. Jawaban singkat / isian singkat
  5. Menjodohkan
  6. Performans
  7. Portofolio


F. JENIS TAGIHAN

  1. Kuis
  2. Pertanyaan lisan di kelas
  3. Ulangan harian / formatif
  4. Tugas individu
  5. Tugas kelompok
  6. Ulangan blok / sumatif
  7. Laporan kerja praktik
  8. Ujian praktik

Jumat, 21 Maret 2008

Alat Evaluasi

Secara garis besar alat evaluasi digolongkan menjadi dua macam, yaitu nontes dan tes. Maka dalam pelaksanaannya ada yang termasuk teknik nontes dan teknik tes.


A. TEKNIK NONTES

Teknik nontes dalam hal ini meliputi:

1. Skala Bertingkat (Rating Scale)

Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka berdasarkan hasil pertimbangan.

Contoh:

Kecendrungan seseorang terhadap pelajaran matematika.


2. Kuesioner (Questioner)

a. Ditinjau dari siapa yang

menjawab

- Kuesioner langsung

- Kuesioner tidak langsung

b. Ditinjau dari segi cara menjawab

- Kuesioner tertutup

- Kuesioner terbuka


3. Daftar cocok (Check list)


4. Wawancara

a. Wawancara bebas

b. Wawancara terpimpin


5. Observasi

a. Observasi partisipan

b. Observasi sistematis


6. Riwayat hidup


B. TEKNIK TES

Tes adalah suatu alat ukur atau suatu prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data atau keterangan yang diperlukan tentang seseorang.

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas tiga macam tes, yaitu:

1. Tes Diagnostik

Ditinjau dari fungsi, waktu dan titik berat penilaian.

2. Tes Formatif

Ditinjau dari fungsi, waktu dan titik berat penilaian.

3. Tes Sumatif

Ditinjau dari fungsi, waktu dan titik berat penilaian.


C. CIRI-CIRI TES YANG BAIK


1. Validitas

2. Reliabilitas

3. Obyektivitas

4. Praktikabilitas

5. Ekonomis

Selasa, 18 Maret 2008

Contoh Siklus PTK

Mata pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Sub Pokok Bahasan : Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Kelas / Semester : I / Pertama

A. Standar Kompetensi

Siswa dapat menyelesaikan sistem persamaan linear, dapat membuat sistem persamaan linear dari suatu keadaan dan menggunakannya lebih lanjut.

B. Tindakan Pembelajaran dalam Kegiatan Pertama (Pembelajaran dalam Upaya Membantu Mengatasi Kesalahan Siswa Memahami Soal-soal Cerita)

1. Tindakan 1A

a) Kompotensi Dasar

Siswa diharapkan dapat memahami soal-soal cerita, yaitu dapat menentukan yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal cerita yang diberikan.

b) Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, tanya jawab dan pemberian tugas.

c) Waktu : 2 x 45 menit (2 jam pelajaran, satu kali pertemuan).

d) Langkah-langkah Pokok Tindakan

Guru mengingatkan kembali kepada siswa bahwa soal-soal cerita pernah didapatkan di Sekolah Dasar maupun Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Guru menyajikan dua contoh soal cerita terapan materi sistem persamaan linear dua variabel, kemudian guru mengarahkan siswa untuk memahami soal-soal tersebut. Dalam hal ini siswa diarahkan agar dapat menentukan bagian-bagian yang diketahui dan yang ditanyakan dalam setiap soal cerita yang diberikan dalam pembelajaran, guru dalam mengarahkan siswa tersebut menggunakan metode diskusi dan tanya jawab.

Sebagai akhir pembelajaran guru memberikan tes soal-soal cerita, dalam tes ini siswa diminta menentukan bagian-bagian yang diketahui dan yang ditanyakan dalam setiap soal tersebut.


2. Tindakan 1B

a) Kompetensi Dasar

Siswa diharapkan dapat memahami soal-soal cerita, yaitu dapat menentukan yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal cerita yang diberikan.

b) Metode Pembelajaran : Ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.

c) Waktu : 2 x 45 menit (2 jam pelajaran, satu kali pertemuan).

d) Langkah-langkah Pokok Tindakan

Guru memberitahukan kepada siswa bahwa dalam memahami soal cerita ( menentukan bagian-bagian yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal) masih terdapat yang melakukan kesalahan. Guru membagikan lembaran soal cerita kepada siswa, soal cerita ini pernah diberikan pada pembelajaran sebelumnya. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk memahami soal cerita tersebut, dalam hal ini guru menerapkan pendekatan translasi (menerjemahkan soal cerita ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami siswa) dengan menggunakan metode tanya jawab.

Sebagai akhir pembelajaran guru memberikan tes soal-soal cerita, dalam tes ini siswa diminta menentukan bagian-bagian yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal tersebut dengan menggunakan kalimatnya sendiri.

C. Tindakan Pembelajaran dalam Kegiatan Kedua (Pembelajaran dalam Upaya Membantu Mengatasi Kesalahan Siswa Menerjemahkan Soal Cerita ke dalam Model Matematika)

1. Tindakan 2A

a) Kompetensi Dasar
Siswa diharapkan dapat menerjemahkan soal cerita ke dalam model matematika, yaitu dapat menentukan hubungan antara yang diketahui dan yang yang ditanyakan dalam soal cerita yang diberikan.

b) Metode Pembelajaran : Ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.

c) Waktu : 3 x 45 menit.

(3 jam pelajaran, dua kali pertemuan).

d) Langkah-langkah Pokok Tindakan

Pertemuan pertama (2 x 45 menit), guru mengingatkan kembali kepada siswa bahwa langkah pertama untuk menyelesaikan suatu soal cerita adalah harus memahami soal (dapat menentukan bagian-bagian yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal dengan benar). Guru membagikan lembaran soal cerita yang pernah diberikan pada pembelajaran sebelumnya, siswa diminta membaca kembali dan memahami soal tersebut. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk menerjemahkan soal cerita ke dalam model matematika, dalam hal ini guru menerapkan pendekatan translasi dengan menggunakan metode tanya jawab.

Pada pertemuan kedua (1 x 45 menit), guru memberikan tes soal-soal cerita, dalam tes ini siswa diminta menuliskan pernyataan-pernyataan yang diketahui dan yang ditanyakan dalam setiap soal tersebut dengan menggunakan kalimatnya sendiri dan siswa diminta menerjemahkan setiap soal tersebut ke dalam model matematika.


2. Tindakan 2B

a) Kompotensi Dasar

Siswa diharapkan dapat menerjemahkan soal cerita ke dalam model matematika, yaitu dapat menentukan hubungan antara yang diketahui dan yang yang ditanyakan dalam soal cerita yang diberikan.

b) Metode Pembelajaran : Ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.

c) Waktu : 3 x 45 menit .

(3 jam pelajaran, dua kali pertemuan).

d) Langkah-langkah Pokok Tindakan

Pertemuan pertama (2 x 45 menit), guru mengingatkan kembali kepada siswa bahwa dalam membuat model matematika masih terdapat yang melakukan kesalahan. Guru membagikan lembaran soal cerita yang baru (belum pernah diberikan pada pembelajaran sebelumnya), siswa diminta membaca dan memahami soal tersebut. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk menerjemahkan soal cerita ke dalam model matematika, dalam hal ini guru menerapkan kegiatan memilih kalimat-kalimat kunci yang terdapat dalam soal yang mengarah terhadap pembentukan model matematika, guru melakukannya dengan metode tanya jawab.

Pada pertemuan kedua (1 x 45 menit), guru memberikan tes soal-soal cerita, dalam tes ini siswa diminta menuliskan pernyataan-pernyataan yang diketahui dan yang ditanyakan dalam setiap soal tersebut dengan menggunakan kalimatnya sendiri dan siswa diminta menerjemahkan setiap soal tersebut ke dalam model matematika.

D. Tindakan Pembelajaran dalam Kegiatan Ketiga (Pembelajaran dalam Upaya Membantu Mengatasi Kesalahan Siswa Menyelesaikan Model Matematika)

Tindakan 3A

a) Kompetensi Dasar

Siswa diharapkan dapat menentukan jawab suatu sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan cara eliminasi.

b) Metode Pembelajaran : Ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.

c) Waktu : 6 x 45 menit (6 jam pelajaran, tiga kali pertemuan).

d) Langkah-langkah Pokok Tindakan

Pertemuan pertama (2 x 45 menit), guru mengingatkan kembali kepada siswa mengenai materi yang pernah dipelajari pada pembelajaran sebelumnya (mengenai memahami soal cerita dan menerjemahkannya ke dalam model matematika). Guru memperkenalkan suatu cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan model matematika (sistem persamaan linear dua variabel), yaitu cara eliminasi. Namun sebelumnya guru mengingatkan kembali kepada siswa mengenai persamaan linear satu variabel sebagai materi prasyarat yang terkait dengan materi sistem persamaan linear dua variabel. Selanjutnya guru menyajikan contoh-contoh soal sistem persamaan linear dua variabel sederhana dan guru mulai memperkenalkan cara eliminasi untuk menentukan jawab dari soal-soal tersebut. Selain itu guru memberikan cara bagaimana melakukan pengecekan hasil untuk menunjukkan benar tidaknya jawab yang diperoleh.

Pertemuan kedua (2 x 45 menit), guru mulai pembelajaran dengan membagikan lembaran soal cerita yang pernah diberikan pada pembelajaran sebelumnya (untuk soal ini sudah diterjemahkan ke dalam model matematika), siswa diminta membaca dan memahami kembali soal tersebut. Selanjutnya guru memfokuskan kegiatan untuk menyelesaikan model matematika (sistem persamaan linear dua variabel) dengan menggunakan cara eliminasi, kegiatan ini dilakukan dengan metode tanya jawab. Kemudian guru meminta siswa untuk selalu melakukan pengecekan hasil dan menginterpretasikannya terhadap situasi permasalahan yang terdapat dalam soal.

Pada pertemuan ketiga (2 x 45 menit), guru memberikan tes yang terdiri dari soal hitungan dan soal cerita. Untuk soal hitungan siswa diminta untuk menentukan jawab dari sistem persamaan linear dua variabel dan melakukan pengecekan hasil. Sedangkan untuk soal cerita siswa diminta mulai dari menentukan yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal, menerjemahkan soal cerita ke dalam model matematika, menyelesaikan model matematika dan melakukan pengecekan hasil serta menginterpretasikannya terhadap situasi permasalahan yang terdapat dalam soal.


E. Pemberian Tes Akhir

Pemberian tes akhir ini bertujuan untuk melihat kemajuan dan peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika bentuk cerita (soal terapan materi sistem persamaan linear dua variabel) setelah diberikan serangkaian tindakan pembelajaran. Tes akhir ini diberikan sebanyak dua kali dengan bentuk tes uraian (essay). Tes akhir yang pertama sebanyak 4 soal dan tes akhir yang kedua sebanyak 3 soal. Semua soal yang diberikan pada kedua tes akhir ini adalah soal cerita. Masing-masing tes dialokasikan waktu 2 x 45 menit dan diselenggarakan pada hari yang berbeda. Dalam kedua tes tersebut siswa diminta mengerjakan mulai dari menentukan yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal, menerjemahkan soal cerita ke dalam model matematika, menyelesaikan model matematika dan melakukan pengecekan hasil serta menginterpretasikannya terhadap situasi permasalahan yang terdapat dalam soal.

Jumat, 14 Maret 2008

Profil Singkat Penulis




Drs. Nandang, MPd., dilahirkan pada tanggal 5 Agustus 1967 di Bandung, Jawa Barat, putera kedua dari pasangan bapak Rukman dan ibu Oyoh. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1975 - 1981 (di SD Negeri Cibogo V Lembang), kemudian pendidikan SMP ditempuh pada tahun 1981 - 1984 (di SMP Negeri Lembang). Pendidikan berikutnya adalah di SMA Negeri Lembang ditempuh pada tahun 1984 - 1987. Pada tahun 1987 ia melanjutkan pendidikan ke Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) IKIP Bandung dengan mengambil jurusan Pendidikan Matematika dan selesai pada tahun 1992. Selama menjadi mahasiswa IKIP Bandung ia pernah menerima beasiswa Tunjangan Ikatan Dinas (TID). Pada tahun 1989 - 1990 ia pernah mengajar di Madrasah Tsanawiyah Al-Musyawarah Lembang. Pada tahun yang sama ia mengajar pula di SMP dan SMA UPER Lembang. Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1992 (selama 4 bulan) mengikuti Sekolah Pendidikan Komputer di Bandung. Tahun berikutnya, yaitu tahun 1993 (selama 3 bulan) ia pernah mengikuti pelatihan bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh instansi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar di Lembang. Pada tahun 1993 ia diangkat sebagai tenaga pengajar di Universitas Wiralodra Indramayu pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1995 mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang S2, Program Pascasarjana IKIP MALANG dengan mengambil Program Studi Pendidikan Matematika dan lulus pada tahun 1998. Tahun 1998 sampai dengan sekarang adalah sebagai dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Wiralodra Indramayu pada Program Studi Pendidikan Matematika. Saat ini dipercaya sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.